belum ada judul


begitu jelas kulihat peluh di garis wajahnya, seharian ini dia menjaga warung. akupun tak berani mengganggu lelapnya dan kubiarkan saja dia menikmati istirahatnya

seharian itu tak ada satupun pembeli yang datang ke warung kami, Tapi sungguh, aku patut memberikan pujian untuknya, sungguh luar biasa ketabahannya, dia t’lah mengajarkan bagaimana aku sudah sepantasnya menerima keadaan sulit seperti saat ini

Ada yang beli bu? “tanyaku” sambil melayangkan senyumanku

Dia diam beberapa saat. Sudut bibirnya hanya membalas senyum simpul untukku,

Belum,, “jawabnya” sudut matanya yang nanar tetap masih memberikan kesejukan untukku,
lalu anganku menerawang, berfikir; disetiap pagi ibu harus bangun dini hari melawan dingin dan kantuk untuk memasak sementara aku masih tertidur lelap, Harapan ku setiap harinya adalah dagangan kami terjual, tapi sayangnya, hari itu bukan keberuntungan kami hingga tak ada seorangpun yang membeli,
akupun tersenyum membalas senyuman ibu

“Sabar ya, bu, semoga nanti ada yang datang.” Kubingkiskan senyum untuknya, “mencoba meringankan gundahnya”
ibu istirahat saja yah. ibu pasti masih cape, ”kataku”

aku udah cukup istrhat “kataku” gantian sekarang ibu yang tidur,,  aku  yang jaga warungnya,, bujukku agar ibu istirahat,,

“ibupun gogoleran (bahasa sunda: tiduran) iya sebentar ,,,

Akhirnya kalimat itu yang kudengar juga. Aku sadar bagaimana suntuknya menjaga warung tanpa pembeli; hanya duduk termenung, hanya nonton tv, seperti menganggur dan emang menganggur,, bingung tak tau apa yang harus dikerjakan. ku berikan jawaban hanya dengan anggukan hingga ibu beranjak hilang lelap dibalik gorden berwarna ungu,

semuanya kuasa illahi. Dialah yang memegang rahasia atas Rizki.  Sampailah  pada sore hari, saat aku bergantian jaga warung, tak ada seorang pun yang membeli. bingung apa yang harus kulakukan, akhirnya akupun memberanikan diri untuk duduk disamping ibu

Kulihat kedua matanya tertutup penuh lelah,,
Ya Allah, ibuku sangat letih, “rintihku dalam hati" hampir saja aku menangis. Aku terus saja menatap wajahnya penuh haru pedih rasanya, melihat peluhnya menetes ingin rasanya aku menjerit sekeras_kerasnya, lalu akupun mengaduh kepada Tuhan,,

“tuhan; dia itu ibuku yg berbaring dihadapanku,  yang Kau kirimkan untuk menjagaku, dia itu tak sedikitpun dia pernah mengeluh dengan keadaan. Dia itu,, bahkan  dia yang terus memberikan semangat agar aku tak pernah menyerah. Tuhan, Kami memang tak memiliki harta, kami hanya  dari keluarga miskin, tapi tak bolehkah aku meminta? Bukankah Kau Tuhanku yang Mahakaya?” Tolong bahagiakan ibuku, itu saja pintaku Tuhan,,
Akupun berhenti mengaduh beberapa saat. kuusap rambutnya yang hanya tinggal putih kulekatkan pandanganku pada wajah yang selalu menyejukkan hatiku. Tiba-tiba hatiku teriris, pedih rasanya,
Aku mencintaimu ibu, aku sayang ibu,, “gumamku dalam hati”

“ibu, kau slalu menanamkan bahwa Allah adalah sesuai dengan apa yang kira, semoga esok hari Allah memberikan rizkiNya yang berlimpah lagi berkah

Mataku berkaca-kaca dan entahlah tanpa terasa butiran air menetes dimataku,,
“Aku selalu mencintaimu ibu, dalam keadaan seperti apa pun, bu,. Semoga Allah senantiasa melindungi dan meridhoi kita.” Amiiin...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Setting Firewall AVG untuk LAN

MITOS BAHWA ORANG JAWA TIDAK COCOK MENIKAH DENGAN ORANG SUNDA

cinta dan waktu