birahimu lebih panas dari kelinci bermahkota api, dan ciumanmu adalah perih, seperih bara api yang lengket di sela_sela jari,, ku simpan rapi rindu waktu itu, diantara renda celana dalammu, dan rindumu waktu itu yg meninggalkan bekas dileherku sesekali, ingin ku kunjungi sebuah telaga didadamu, yg kau bangun dari luka dan airmata masa lalu kelak akan aku akan berziarah ke telaga sunyi didadamu, dimana Tuhan telah melukisan jemariNya disitu,, mengeja tiap inci ditubuhmu akupun berhenti di situ, tepat dibuah dadamu dan kau tersenyum malu-malu diatas kursi itu kita bercumbu, desirnya menggetarkan seluruh sudut_sudut rindu, menggenapkan cinta dalam getir pahitnya takdir,, kau datang mengendarai bulan, dengan cahaya yang menembus pekat malam, mengecup pejam mataku, seraya berbisik; mari genapkan birahi kita tubuhmu adalah peta, yang sudah aku hafal diluar kepala,, #sajakmesum didirimu, terselip kedip bintang mati, birahi yang paling sunyi, se_khusuk maut, yg lebih lembut d